Fact Sheet: Kesmiskinan–Wirausaha

Ternyata kedua professor ini membuat website yang sangat menarik mengenai kesmikinan berdasarkan buku mereka. LInk: http://pooreconomics.com/data/country/home

  • Apa sih wirausaha itu: orang yang menempatkan aset (sekecil apapun) sebagai modal usahanya, mengelola dan menanggug risikonya.
  • Hanya 12% orang di negara maju yang bekerja sebagai wirausaha (self-employed)
  • Di negara berkembang terutama pada masyarakatmiskinnya, hampir 50% bekerja sebagai wirusaha non-agrikultural
  • Orang miskin bekerja lebih dari 1 pekerjaan wirausaha, karena seasonal, atau karena waktu yang pendek (demand tertentu) sebagai contoh bejrualan buah di pasar hanya pagi hari. Hal ini karena keterbatasan investasi. Sehingga mereka kurang memiliki spesialisai pada bidang tertentu dan cenderung memiliki skill yang rendah.
  • Orang miskin tidak ingin anaknya menjadi wirausaha. Hampir 50% ingin menjadi pegawai pemerintah.
  • Hal ini menandakan bahwa sebenarnya mereka menjadi wirausaha karena 2 alasan: 1) tidak ada pilihan lain, karena tidak ada firma besar yang bisa mengangkat mereka menjadi pegawaai 2) mereka membutuhkan fleksibilitas, karena harus juga mengurus anak mereka di rumah.
  • Jadi sepertinya overrepresentasi kalau mengatakan bahwa orang miskin secar natural menjadi wirausaha. Karena hampir tidak ada bukti menunjukkan bahwa orang miskin cenderung untuk mengembangkan usahanya. Mereka seperti kebanyakan orang juga, yang tidak ingin mengambil risiko dalam berusaha.
  • Usaha cenderung kecil karena mereka ingin mengurangi biaya fix cost nya.
  • Apakah kelemahan dari menjadi wirasausaha pada orang miskin ini: 1) mereka tentu saja hanya memiliki modal yang kecil, sehingga susah untuk investasi 2) akses kepada peminjam (bank) sangat sulit 3) tidak memiliki koneksi
  • Kelebihan dengan usaha kecil ini adalah: 1) tidak perlu melakukannya dengan permasalahan legal atau hukum.
  • Memberikan pekerjaan tetap meskipun gaji kecil lebih baik dari pada melakukan wirasauaha dengan bisnis kecil. karena mereka memiliki kemampuan kestabilan ekonomi dan hal ini dibuktikan dengan penelitian di mexico dengan adanya pabrik export (maquiladoras) http://economics.mit.edu/files/6727
  • Pertanyaan yang belum terpecahkan adalah: bagaimana cara mengembangkan usaha kecl ini menjadi usaha menengah, sehingga mereka bisa merekruit pegawai. Karena sebelumnya terdapat project dengan memberikan modal usaha secara cuma-cuma kepada orang miskin tersebut, tapi ternyata malah dipakai untuk memperbaiki rumah.

Fact sheet: Kemiskinan–Menabung

  • 2 tujuan menabung adalah: smooth consumption dan life cycle.
  • Tidak berguna untuk menabung jika anda tahu bahwa anda akan lebih banyak mendapatkan di masa mendatang dengan tanpa menabung, atau anda tahu bahwa anda akan menyia nyiakan uang tersebut di masa mendatang karena sebagai contoh mati dalam waktu dekat.
  • Orang miskin tidak bisa menabung (kurang dari 20 persen orang miskin bisa menabung), karena 1) uang untuk hari ini saja sudah habis untuk konsumsi dasarnya dan yang 2) akses kepada bank sulit karena adanya fix cost pada bank itu sendiri.
  • Orang yang memilih menabung di rumah memiliki 3 risiko : 1) kemanaan 2) inflasi 3) pengaruh untuk lebih menggunakan karena uang berada di tangan.
  • orang miskin juga bisa menabung dengan cara arisan (ROSCA). dengan begitu mereka bisa mengontrol diri dan bisa mendapatkan uang lebih cepat dari menabung biasa.
  • Ada isitilah bidding dalam arisan daripada dibagi secara gambling. Yakni, orang yang pingin mendapatkan hasil arisan lebih cepat, maka dia akan membayar uang tambahan. dan siapa yang bisa paling banyak, dia yang bisa mendapatkan duluan. sedangkan uang tambahan tersebut didistribusikan untuk anggota lainnya. seperti bunga dalam bank.
  • Kelemahan dari arisan adalah: 1) sifatnya singkat –tidak bisa untuk menabung jangka panjang seperti untuk pensiun- 2) sifatnya tidak flexible, sebagai contoh 10 dollar per minggu. padahal pendapatan seseorang bisa sangat bervariasi; 3) ada kecenderungan arisan bersifat uang yang kecil,
  • Orang miskin juga bisa menabung dengan 2 cara: 1) membangun rumah dengan perlahan, bata demi bata. tapi permasalhaannya adalah sifatnya yang tidak liquid. 2) membeli emas, selain untuk perhiasan juga memiliki nilai yang mengikuti inflasi dan liquid (bisa dijual kapan pun)
  • Jenis lain menabung pada orang miskin adalah: self-help group: yakni menabung secara bersama tapi tidak ada minimal nilai untuk menabung dan ada orang yang juga meminjam dan tentu saja dengan bunga. lalu dari nilai tabungan beberapa persen untuk si akuntan. kalau di indoneisa mirip koperasi sebeanrnya.
  • dan yang lain lagi juga adalah dengan mikrokredit. memang agak aneh, tapi dari pada menabung pelan-pelan untuk membeli TV sebagai contoh, lebih baik, meminjam uang dari mikro kredit atau dari koperasi itu sebenarnya, lalu membayar bunga yang kecil setiap bulannya. bisa dianggap sebagai menabung juga cuman mendapatkan nilai yang diinginkan di awal.
  • Orang cenderung untuk menabung secara terpisah (contoh: antara suami dan istri) dengan bunga yang lebih rendah atau bahkan “0”, karena mereka lebih merasa aman dengan jenis tabungan seperti itu.
  • Berikut saya lampirkan mengenai efek dari hidup prihatin … wkkwkw..

https://docs.google.com/spreadsheet/pub?key=0AnXaYq3AaueIdDVwZ0xMVkNrWEFPQXVWOFg4V2RUbEE&single=true&gid=0&output=html

HIV AIDS Vietnam Workshop

Lesson learn:

  1. Similar challenge. move the donor funding of service delivery into government services.
  2. Gradually phasing in of government funding and prioritization from Thailand.
  3. 64% people of Vietnam already covered by insurance. how to make it attractive to the people. to expand the insurance

Research topic

  1. Accessibility of HIV/AIDS services based on literature review
  2. Service delivery model,
  3. Costing and CEA of HIV/AIDS services
  4. Patient cost of HIV/AIDS
  5. Gap analysis and roadmap (who do what)

Workshop: Sustainable TB Financing, Day 2

Pada hari ini, dilanjutkan presentasi dari Myanmar dan Loas. Kedua negara ini juga memiliki ketergantungan yagn sangat tinggi terhadap donor. Bahkan Myanmar dalam rangka keberlanjutan pembiayaan kesehatannya juga akan tetap memperjuangkan donor sebagai sumber pendanaan. Asuransi di kedua negara ini juga tidak memiliki peran yang sangat besar. Pada kesempatan ini, Pak David dan saya juga berkesempatan untuk mempresentasikan hasil studi yang telah kita lakukan selama ini. Beberapa diskusi dan komentar yang muncul adalah: 1) berpindahnya pembiayaan dari satu sumber ke sumber yang lain, tidak hanya sekedar shifting, tapi ada terjadi penambahan biaya atau pengurangan biaya akibat penggunaan fix cost yang bersama. Jadi mustinya harus dilihat biaya sistem. 2) Integrasi sebuah sistem infromasi bukan merupakan sebuah hal yang mudah, bahkan dikatakan oleh Pak Anis, bahwa itu merupakan sebuah utopia. Jadi yang paling terpenting adalah bagaimana berbagi data secara bersama. 3) Tidak adanya koordinasi, menandakan bahwa tidak adanya komunikasi antar bagian. Namun bukan berarti tidak ada datanya, meskipun data rawat jalan TB tidak bisa didapat. 4) Responden pada studi juga snagat menentukan opini dari hasil studi, karena wasor hanya mengerti hal teknis terkait TB. 5) Perhitungan cost effectiveness model terhadap kegiatan prevention yang dilakukan dalam sebuah program merupakan demand yang sangat tinggi dari peserta.

Pada sesi berikutnya, Pak David berusaha untuk mendorong peserta berpikir terhadap bagaimana kegiatan TB didanai dan di setiap tingkat, sumber, manager dan mekanisme pembayaran. Diskusi cukup sulit di awal dengan grup besar. Lalu grup dibagi menjadi 2 agar memudahkan diskusi.

Diskusi mengenai tantangan dan potensial solusi dari masing masing issue juga dibahas. Beberap ahal menaik yang saya peroleh adalah: 1) penggunaan score card sebagai bagian dari monitoring dan feedback kepada fasilitas kesehatan merupakan hal yang krusial sebagai alat quality assurance 2) di malaysia, pegawai negeri yang dipindahkan, hanya dipindahkan di dalam departemen tersebut. Sehingga tidak terjadi permasalahan pengkaderan. 3) Malaysia juga menetapkan negative policy, dimana orang yang terkena TB, atau ada jentik nyamuk, akan di denda kurang leibh 1000RM. 4) Filipina menetapkan kebijakan untuk tidak memberikan sebuah incentive dari project yang dilaksanakan. karena hal tersebut tidak membuat sebuah project bersifat sustainable.

Demikian hari kedua yang cukup melelahkan, sampai-sampai Pak David tidak bisa berpikri lagi.. dan sekarang pergi ke bandara menjemput keluarga di tengah hujan dan macetnya jakarta.

Workshop: Sustainable TB Financing, Day 1

IMG_20130417_161100

Kementerian kesehatan berama dengan USAID, TB CARE I  dan MSH mengadakan acara workshop dalam rangka mendiskusikan keberlanjutan pembiayaan TB Hal ini menjadi sangat penting karena TB merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat. Telah banyak pencapain yang diperoleh dari program TB di Indonesia. Meskipun begitu program TB masih sangat memiliki ketergantungan yang besar dengan donor, dalam hal ini Global Fund. Beberapa catatan yang saya peroleh dari perwakilan BAPPENAS, pembiayaan TB sebaiknya ke depan memiliki aturan yang lebih jelas mengenai kegiatan pusat dan daerah. penggunaan BOK dengan standar biaya umumnya, dan regulasi penggunaan dana kapitasi dalam rangka kegiatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pembentukan indikator proses sebagai kegiatan kesehatan masyarkat.

Belajar dari negara lain yakni China, Vietnam, Malaysia, Thailand, Filipina terdapat beberapa hal yang menarik. Di China, telah dilakukan pilot project untuk pembayaran dengan menggunakan sistem pay for performance. Sehingga kapitasi hanya diberikan 70% di awal, lalu kemudian 30% tergantung pencapaian indikator tertentu, sebagai contoh untuk TB. Sedangkan rumah sakit, menggunakan global budget plus pay for performance. Sedangkan di Thailand, dengan adanya berbagai skema asuransi, tantangan nya adalah untuk mengintegrasikan layanan dari ketiga asuransi tersebut. Malaysia hampir tidak memiliki kendala apapun, karena komitmen politik pemerintah yang sudah sangat kuat untuk membiayai seluruh pelayanan kesehatan secara utuh, meskipun terdapat pemikiran untuk berjalan ke arah asuransi ke depan, namun hanya untuk tambahan pelayanan, terutama di sektor swasta. Vietnam meskipun telah memiliki cakupan asuransi yang tinggi, paket layanan untuk TB masih sangat sempit – rawat inap – dengan kontribusi 10%, donor 40%, pemerintah 30%, userfee 20%. Oleh karena itu, out of pocket di Vietnam masih sangat tinggi. Sedangkan Filipina, Philhealth memiliki tanggungjawab untuk melakukan kredential fasilitas kesehatan, namun untuk monitoring layanan TB, dilakukan oleh NTP.

Berikut laporan hari ini, diakhiri dengan makan malam dan bernyanyi dengan organ seperti biasa…

Hari yang cukup melelahkan,

Pemulung Yang Kaya

Beberapa mnggu yg lalu, ibu pemulung di wilayah tmpat tinggal sy mendatangi sy dan bercerita keluarganya ada yg menikah tapi dia belum ada uang lebih,jd dia meminjam 100rb.sy berikan 100rb pdnya dan berkata ibu tak perlu mengembalikan uang itu tp anggaplah uang bulanan sampah dibayar di muka,krn toh tiap bln dia mdpt 30rb utk jasanya membuang sampah.tp dia menjawab akan segera mngembalikan ketika sdh dpt uang bulanan sampah dari penduduk wilayah itu.lalu bbrp hari yg lalu dia datang melunasi hutangnya.sy menolak tp dia bersikeras mngembalikan dan memilih mdpt uang bulanan sampah stp akhir bulan stlh dia bekerja.orang kecil,berhutang 100rb dan merasa tdk tenang jika tdk segera melunasi hutangnya.sy baru tahu,tyta orang besar,berhutang banyak tp bukannya ingin cepat membayar hutangnya,malah berhutang lagi.menurut anda,dari kedua orang itu siapa sebenarnya org yg miskin atau merasa miskin?apakah orang semakin berkecukupan malah semakin merasa kurang?tp sy berdoa smg sy tdk mjd golongan org itu

Oleh: Maudi

Memberikan pengalaman asuransi

Kemarin ketika ada seseroang menelpon untuk menawarkan asuransi, saya sudah tahu bahwa akan saya tolak. Tapi saya penasaran bagiamana mereka akan manawarkan dan memaksa saya untuk merubah pikiran. Saya jadi terbayang bagaimana dengan pelaksanaan SJSN kelak? apakah nanti akan ada telemarketing yang menawarkan dan berusaha mewajibkan semua orang untuk mendaftar kepada BPJS? mm…

Tapi ternyata mungkin sebenanrya bisa dengan alternatif lain .. yaitu dengan memberikan orang pengalaman untuk menggunakan asuransi. Berikut kutipan dari Prof. Duflo dalam edx:

All of these points are valid and important. Insurance is a difficult concept to grasp, and trust is essential. Education probably matters, but the one experiment that tries to explain the concept very carefully did not see a huge increase in take up, so it is not that easy. May be people need some experience, but since they are not willing to try, it may be difficult to acquire. One way in which people can get experience with insurance is if government initially subsidizes it. People can then get the experience of how it works and build trust (assuming of course that the parties are trustworthy!).

saya merasa ada benarnya, karena seperti orang dibeirkan KB secara gratis dulu. Namun pada berikutnya ketika merka sudah merasakan manfaatnya, mereka bersedia untuk membeli sendiri. Yah mungkin pada saat awal, pemerintah bisa melakukan secara gratis atau subsidi selama jangka waktu tertentu, lalu secara viral semua akan mendaftar. Karena secara psikologis juga bisa berpengaruh. hampir seluruh tetangganya memiliki kartu asuransi, lalu dia sendiri tidak punya..akan ada efek menular.

Lalu bagiamana dengan koleksi nya? belajar dari edx tentang kredit. Salah satu caranya adalah dengan kolektif. penggunaan pernagkat desa atau rt menjadi ujung tanduk nya. Sebenarnya orang Indonesia cukup kompak kok. Atau tempat kerja mungkin bagi orang yagn cukp sibuk .Kalau kayak paajk sekarang harus sendiri-sendiri ke kantor pajak untuk koleksi.. mmm.. saya ragu deh. Tapi memang harus ada dampak sosial maupun hukum bagi orang yang tidak membayar.

Di sisi lain untuk membangun kepercayaan orang secara sustainable membayar asurnsi, sebuah asuransi harus secara rutin memberikan laporan kepada masyarakat terharap kinerja dan keuangan jika diperlukan. Yah menurut saya, untuk memancing orang-orang yang merasa masih sehat adalah dengan benefit lain untuk menjaga mereka tetap sehat. Seperti paket fitnes, paket makanan yang lebih sehat, dll.

yah.. sekedar pemikiran, siapa tau bisa jadi alternatif para pengambil kebijakan..

Fact Sheet- Kredit dan Kemiskinan

  • Terdapat kecenderungan orang meminjam uang di bank sebelum pemilu. Karena adanya janji politik untuk memberikan keringanan pinjaman. terutama di bank publik
  • Orang miskin tidak dapat meminjam uang dari peminjam formal (bank).
  • Bunga pinjaman pada peminjam non-formal sangat tinggi
  • Bunga pinjaman pada peminjam non-formal sangat bervariasi
  • Orang kaya dapat meminjam lebih banyak
  • Orang yang meminjam lebih banyak membayar bunga lebih rendah
  • Tingkat default (gagal membayar) rendah
  • Fix cost dalam institusi peminjam menjadi salah satu pemicu tingginya bunga.
  • Oleh karean itu, dilakukan peminjaman secara berkelompok untuk menekan fix cost.
  • dengan microfinance, dapat meningkatkan pendapatan. terutama melalui pembuatan bisnis baru.
  • Sebagian besar orang berhutang untuk membayar utang lamanya dan memulai bisnis baru.
  • orang yagn diberi pinjaman akan cenderung untuk memiliki keuntungan yang lebih banyak, pendapatan yagn lebih banyak dan membangun bisnis baru.
  • orang yagn diberi pinjaman mengurangi pengeluaran yagn bersifat menggoda. namun hal ini hanya bersifat sementara untuk mempertahankan bisnisnya, namun cenderung untuk membeli barang barang yagn bersfiat tahan lama (aset). Jadi, mengurangi makan nasi tapi beli tv.
  • Dengan adanya pinjaman, tidak merubah orang untuk merubah keputusan wanita dalam belanja, sekolah anak, kesehatan dan kejadian sakit anak.
  • Orang yagn cenderung menjadi pebisnis adlaah: orang yang memiliki tanah di Hyderabad dan pasangan yagn tidak buta huruf, wanita usia prima, memiliki tanah di desa, pasangan yang memiliki gaji