CERPIN Sumbangan Kesehatan

Miris sekali hati ini membaca berita yang dibagikan salah satu forum ngobrol di ponselku, kisah seorang tukang becak yang meninggal karena keracunan nasi basi yang terpaksa dimakannya karena dia tak punya uang sepeser pun untuk membeli makanan yang layak. Dikabarkan pula (secara hiperbolis) dia terkapar di samping becaknya, di bawah terpampangnya poster wakil rakyat yang notabene berjanji menyejahterakan orang kecil..padahal mungkin kenyataannya banyak wakil yang dipilih rakyat itu justru memilih memikir isi kantongnya sendiri. Heran juga rasanya, padahal lembaga sumbangan Islami sudah banyak beroperasi di Indonesia, tapi kenapa masih saja ada kisah tragis seperti ini? Kemanakan sumbangan-sumbangan yang disalurkan kepada mereka? Harapannya kan pada akhirnya diserahkan kepada orang-orang yang benar-benar memerlukan, apapun bentuknya. Apakah itu pun hanya ditujukan kepada sekelompok orang yang menjadi sorotan media? Seperti ketika gencar ada serangan di Gaza, kekeringan di Gunung Kidul, naungan pengungsian bencana gempa, gunung meletus atau lainnya. Apakah tidak untuk perseorangan yang tidak masuk dalam berita? Itu adalah sebuah pertanyaan, bukan pernyataan meski nadanya berkesan begitu. Saya jadi teringat sepasang suami istri yang bekerja di tempat praktek dokter yang saya kelola. Mereka mendapat hak tunjangan kesehatan gratis, tapi itu pun tak membuat mereka lantas mendaftar. Mungkin, menurutku mereka lebih butuh uangnya daripada hak berobat gratisnya. Orang miskin belum tentu sakit kan? Ayo pemerintah, ada inovasi program baru yang bisa membuat negara Indonesia selangkah lebih maju meninggalkan kemiskinan??