Menyadari Amanah: Memahami Ajaran Adab dalam Pendidikan Anak

Saya berkesempatan untuk Solat Jumat di hari Jumat, 8 Sept 2023 di Abdullah Quilliam Society, Liverpool. Masjid pertama di Liverpool yang didirikan oleh Abdullah Quilliam pada tahun 1889. Beliau berperan dalam mendidik masyarakat di Liverpool tentang agama Islam dan adab yang benar. Dalam khutbah, kita diingatkan tentang pentingnya amanah dan adab dalam mendidik anak-anak. Khutbah ini mengingatkan kita bahwa anak-anak kita adalah amanah dari Allah yang telah dipercayakan kepada kita sebagai orang tua. Oleh karena itu, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan mendidik mereka dengan benar.

Sebagai orang tua, kita tidak hanya berinvestasi dalam diri sendiri, tetapi juga melalui anak-anak kita. Mereka adalah generasi penerus yang akan melanjutkan perjalanan hidup kita dan mewarisi nilai-nilai yang mereka pelajari dari kita. Salah satu bentuk investasi yang paling berharga adalah pendidikan.

Namun, pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan mata pelajaran sekolah atau agama secara mekanis. Ini juga tentang membentuk karakter dan adab yang benar. Misalnya, kita dapat mengajarkan anak-anak kita untuk memulai setiap tindakan dengan menyebut “Bismillah” dan menulis dengan tangan kanan mereka. Selain itu, kita bisa menghadirkan Al-Quran saat mereka makan, sehingga mereka terbiasa dengan bacaan suci ini, yang akan membantu mereka memahaminya di kemudian hari.

Salah satu aspek paling penting dalam membesarkan anak adalah membentuk karakter mereka melalui adab yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Ini adalah fondasi yang kuat yang akan membantu mereka menghadapi tantangan dalam hidup dengan penuh keyakinan dan integritas.

Dengan demikian, khutbah Jumat ini mengingatkan kita bahwa menjadi orang tua adalah amanah yang besar. Dengan berinvestasi dalam pendidikan dan membentuk karakter anak-anak kita melalui ajaran adab yang benar, kita menjalankan tanggung jawab kita sebagai pelindung amanah dari Allah.

Semoga artikel ini dapat mengingatkan saya pribadi dan memberikan wawasan yang bermanfaat bagi para pembaca Anda tentang pentingnya pendidikan dan pembentukan karakter dalam mengasuh anak-anak.

Menemani Istri Melahirkan di Saat Covid-19: Aleeza

Februari 2022, Timika. Gelombang Covid-19 masih belum bisa diterka di Indonesia, bahkan di Papua yang sepertinya semua orang mulai tidak terlalu khawatir. Istri yang sudah hamil sembilan bulan sudah mulai bisa diprediksi untuk melahirkan. Pagi dini hari, dengan kepanikan karena mobil lupa diisi bensin Alhamdulillah mendapat bensin 1 galon dari Kakak. Dibantu papa mengisi yang kebetulan memang datang untuk membantu kami di Timika. Tanpa berpikir panjang, meluncur ke Rumah sakit mitra masyarakat. Di ruangan IGD, secara prosedur seluruh pasien akan diperiksa Covid-19 terlebih dahulu. Ternyata positif, bukan sekedar demam dan batuk biasa (meskipun sudah curiga karena sekeluarga anak-anak kelihatannya bergerjala lebih awal, termasuk saya).

Masuk ke ruangan khusus Covid-19 bersama ibu yang lain, saya hanya bisa menunggu di luar jendela. Pagi hari sekitar pukul 7, bidan membantu memotivasi untuk bersalin. Kata-kata yang saya bingung oleh bidan ketika itu adalah “berak! berak!” . Namun yang paling sedih, saya tidak bisa memegang tangan istri di saat dia sedang berjuang. Persaan lega ketika tangis bayi terdengar dan istri juga kelihatannya sudah tenang. Aleeza langsung dibawa ke ruangan bayi, tidak boleh bertemu dengan ibunya karena mungkin alasan Covid-19 di ruangan tersebut. Sehingga mau tidak mau mencoba untuk memeras susu untuk saya berikan ke ruangan bayi berulang kali, meski hasilnya rasanya kurang terlalu memuaskan.

Setelah dirasa stabil. Kami diperbolehkan untuk pulang. Mengurus pembayaran dengan BPJS kesehatan rasanya sangat mudah meskipun kami berasal dari Jogja dan tidak menggunakan rujukan. Tidak ada biaya yang ditagihkan untuk proses persalinan dan kamar. Namun tetap ada biaya yang harus kami bayarkan, yakni biaya pemeriksaan Covid-19 untuk ibu dan Bayi. Yah saya pikir, tidak masalahlah, meskipun agak bertanya tanya, bukankah Pemerintah telah mengeluarkan biaya yang besar untuk Covid-19? termasuk untuk layanan di rumah sakit?

Alhamdulillah semua berjalan lancar, dan terimakasih untuk teman-teman YPKMP juga yang terus mendukung juga. Saya bisa istirahat di gedung penelitian selama menunggu istri proses persalinan dan rawat inap. Aleeza Putri Firdaus, yang selalu memberikan joyfulness untuk dirinya, keluarga, dan lingkungannya.

Ketersediaan obat di Puskesmas dalam era JKN

Ali Kusnadi Satibi Presentasi di ISIUM 2020

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki peran penting dalam proses layanan kesehatan. Terdapat empat tahapan dalam manajemen obat: seleksi, pembelian, distribusi dan penggunaan. Dalam manajemen obat ini terdapat beberapa faktor, sumber daya manusia, fasilitas, biaya, alat kesehatan dan sistem informasi mempengaruhi ketersediaan obat. Ketersediaaan obat di tahun 2012 dan 2013 sudah lebih dari 92%. Namun belum ada penelitian terakait bagaimana ketersediaan obat di era JKN (setelah 2014).

Dalam penelitian ini diambil data dari 12 Puskesmas dari kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul (masing-masing 4). Diambil data dari laporan obat tahun 2017, mutasi, pemusanahan dan expired, dan kartu stok. Ketersediaan obat dengan membandingkan stok obat dan rata-rata penggunaan obat. Kemudian dicari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Hasil menunjukkan Sleman bahwa terdapat excess stock >18 bulan di tiga bulan (Sleman mendekati angka 18 bulan, dan dikatakan baik jika antara 12-18 bulan). Sehingga menunjukkan bahwa manajemen obat di Puskesmas kurang efisien. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah lokasi, yakni Sleman, dan jumlah Pustu (semakin banyak Pustu, semakin sulit untuk mengontrol ketersdiaan obat). Sedangkan faktor lain, akreditasi, jumlah apoteker, dan rawat inap tidak menjamin kualitas dan ketersediaan obat.

Komentar penulis: Banyak faktor yang tidak mempengaruhi, apakah karena masalah sample size? Kalau memang tidak ada masalah dengan statistik dan benar, ini menjadi PR besar untuk memperbaiki tenaga kesehatan farmasi dan proses akreditasi. Karena kedua hal ini diharapkan meningkatkan kualitas layanan secara langsung. Setelah diskusi dengan Pak Sabiti, ternyata permasalahan yang terjadi adalah, Dinas Kesehatan yang memiliki power lebih untuk dropping obat, padahal Puskesmas sudah BLUD yang juga bisa malakukan manajemen obat secara mandiri. Sedangkan kapitasi sebagian besar akhirnya digunakan untuk jasa pelayanan.

Miris juga segitu banyak obat akan kadaluarsa dan dibuang jika tidak bisa digunakan. Atau setidaknya berharap bisa didistribusikan kepada fasilitas kesehatan lain yang membutuhkan, terutama swasta atau daerah lain yang kekurangan pendanaan di era JKN ini.

Komentar peserta (Pak Budiono): mungkin akan lebih baik mengukur ketersediaan obat secara langsung, dibandingkan ekspektasi ketersdiaan obat.

Refleksi Ph.D. Tahun Kedua: Data

DSCF2370.JPG

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel refleksi Ph.D tahun pertama.

Setelah melewati proses transfer (ujian tahun pertama untuk menjadikan kita resmi sebagai kandidat Ph.D), tahun kedua terasa jauh lebih lega. Tahun kedua merupakan langkah awal masuk ke dunia nyata penelitian, dengan melihat konteks di lapangan termasuk data yang tersedia.

Data merupakan kunci penting untuk memastikan penelitian dapat berjalan. Di awal tahun kedua dengan hasil membaca di tahun pertama, terdapat keinginan besar untuk mendapatkan data yang komprehensif yang tentunya sangat banyak. Namun dengan menyadari keterbatasan dana dan waktu, saya harus mulai berpikir strategis data apa saja yang harus saya peroleh. Terutama data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang cukup mahal untuk diperoleh.

Setelah jenis data sudah bisa ditentukan, tantangan berikutnya adalah barrier geografi. Dengan kondisi saya yang berada di Inggris, menjadi kendala tersendiri untuk memperoleh data yang berasal dari Indonesia. Beberapa kali saya sempat pesimis, karena proses birokrasi pemerintah Indonesia yang beberapa kali konsultasi ke rekan sejawat yang seringkali kesulitan. Tentunya dengan peraturan beberapa instansi harus meminta dokumen asli (tandatangan basah dan materai). Selain itu, data idealnya hanya bisa diberikan dalam bentuk CD, namun untungnya setelah berdiskusi, data bisa dikirim melalui elektronik. Oleh karena itu, memiliki banyak teman Indonesia di Inggris sangat membantu untuk proses pengiriman dokumen dan teman-teman di dalam instansi terkait untuk membantu follow-up permintaan data.

Setelah memperoleh izin dan data, perlu dipastikan data asli disimpan di lokasi yang sudah ditentukan oleh Universitas demi keamanan. Kebingungan muncul setelah membuka file file tersebut karena struktur data yang bervariasi. Sebagai contoh, ada data yang dikirim dalam bentuk file excel, sehingga memiliki ukuran file yang besar dan dipecah-pecah. Kemudian, ada data yang dikirim dalam bentuk file STATA (.dta) tapi ada wilayah tertentu yang dibuat dalam file terpisah dan tidak bisa langsung digabungkan. Sehingga saya harus menentukan jenis file apa yang harus saya gunakan untuk analisis, dan menentukan struktur akhir agar semua data tersebut bisa digabungkan. Dalam proses ini, dibutuhkan komputer dengan performa baik agar bisa mengolah dengan cepat. Pernah pengalaman menggunakan komputer di perpustakaan, karena kantor tutup jam 6.30 malam, kemudian perpustakaan tutup pukul 12.00 malam namun proses pengolahan belum selesai. Akhirnya saya tinggal menyala, namun ketika perpustakaan buka paginya saya periksa proses gagal. Wuah… ngulang lagi akhirnya, tapi di sinilah seninya untuk melihat kenapa gagal dan bagaimana mengatasinya.

Karena kita sekolah di Inggris dan data harus bisa dikomunikasikan ke supervisor minimal, maka data harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Ternyata hal ini juga tidak mudah untuk saya, karena kita bermain dengan nama variable, bukan sekedar deskripsi yang panjang. Proses konversi ini juga tidak mudah ketika ternyata definisi di kepala kita berbeda dengan definisi pemberi data.

Dengan banyaknya variabel data yang tersedia, kita harus bisa menentukan variabel kunci mana yang bisa digunakan dan didukung oleh teori. Di awal penelitian, saya menyajikan data ke supervisors, saya bisa melihat kebingungan beliau karena banyaknya data yang saya sajikan. Tapi dari sana kita bisa berpikir kembali mana variabel yang memiliki arti atau diinterpretasikan dalam hasil penelitian sesuai konteks dan teori.

Di awal proses pengolahan data, tantangan yang saya hadapi adalah ditemukannya data outlier dan missing value. Jangan sampai penelitian yang kita gunakan bermasalah dan memberikan hasil yang tidak benar. Oleh karena itu, diperlukan asumsi-asumsi untuk membersihkan data sebagai contoh teknik imputasi yang bervariasi. Proses pembersihan ini sepertinya tiada ujung, setiap kali melihat data mentahnya lagi, ada saja rasanya yang harus diperbaiki dan tidak sesuai. Namun supervisor membantu saya memantapkan hati untuk pada titik tertentu harus berhenti melakukannya dengan segala limitasi yang disadari.

Saya memiliki kesempatan untuk mewawancarai Mbak Daliya, rekan PhD tahun kedua yang juga menggunakan data sekunder. Beliau menyampaikan bagaimana tantangan beliau di tahun kedua dalam mengolah data apalagi menggunakan karakter non-latin, data besar yang membutuhkan proses lama dan variasi stuktur. Berikut videonya:

Saya merasa, Indonesia memiliki kaya data. Sehingga sebenarnya banyak penelitian yang bisa dikembangkan dengan data yang sudah tersedia. Pandangan saya juga berubah, yang beranggapan bahwa penelitian dengan menggunakan data sekunder lebih mudah. Saya berharap bahwa data data Indonesia ke depan dapat terintegrasi agar bisa lebih bermanfaat dan memliki dampak lebih besar. Namun tetap, proses kreatif sang penelitilah yang menjadi kunci penting untuk menghasilkannya.

#PhDlife #PhD #University #Leeds #Universityofleeds

 

Refleksi Ph.D. Tahun Pertama: Membaca

dscf2522

Sudah hampir setahun akhirnya menulis lagi di blog. Setelah berjibaku dengan PhD tahun terakhir yang menguras tenaga, emosi dan pikiran. Sehingga rasanya saya harus mulai lagi mengasah belajar menulis lagi meski blog yang saya harapkan bermanfaat untuk banyak orang.

Setelah selesai kuliah ini saya ingin refleksi apa yang telah saya lalui dari tahun pertama hingga terakhir. Untuk artikel ini saya buat untuk refleksi tahun pertama.

Tahun pertama adalah tahun yang begitu terbuka untuk apa saja menurut saya. Seperti membuka pintu keluar rumah, melihat dunia yang begitu luas. Perasaan yang muncul, antara bahagia karena telah diterima menjadi mahasiswa universitas luar negeri (anak desa yang akhirnya bisa kuliah keluar negeri soalnya), lalu cemas karena tidak mengerti apa yang akan dihadapi di depan dan punya impian yang besar.

Setelah bertemu dengan supervisor beberapa kali, saya menjadi bingung karena beliau sangat membebaskan kita untuk memilih dan menentukan jalan PhD kita. Tentunya shock sekali karena biasanya meksipun dalam project penelitian, biasanya kita sudah diberikan list deliverable dan target deadline. Namun semua ini seperti melihat kertas kosong di hadapan untuk start menulis apa yang hendak kita lakukan, bagaimana penyelesaiannya dan kapan mau selesai.

Semua itu membuat saya sebagai mahasiswa akhirnya hanya bisa membaca apa saja yang ada di hadapan saya. Kalau boleh dibilang belajar “grambyang”.  Jadi, selama tahun pertama rasanya hanya penuh dengan bacaan, membaca lewat online, membaca buku di perpustkaaan, membaca jurnal, membaca bahasa baru software statistik dan membaca hal yang saya rasa menarik. Supervisor juga pernah tes saya sekilas bagaimana kemampuan matematika saya. Yang akhirnya jelas beliau tau bahwa saya harus belajar dari dasar kembali. Beliau membantu saya memberikan buku ketika beliau S1 di tahun 1984.

Di sisi lain, dengan banyaknya bacaan, tantangan berikutnya adalah saya jadi seperti kehilangan arah. keinginannya jadi banyak sekali. Nah di sinilah peran supervisor untuk mengarahkan. Beruntung supervisor saya adalah orang yang sangat pragmatis. Sehingga beliau bisa membantu saya untuk mengatakan “TIDAK” pada hal yang belum saat ini seharusnya saya lakukan. Sehingga akhirnya bisa mantap dengan satu topik yang fokus dan bisa mendalam.

Tantangan berikutnya dengan membaca adalah bagaimana kita mensintesisnya, menulisnya menjadi satu laporan yang sangat padat, yakni transfer report. Di Indonesia terbiasa dengan jumlah minimal kata, di sini dikasihnya maksimal kata. Jujur aja sulit karena bahasa Inggris dan kemampuan menulis saya yang pas pasan. Beruntung ada guru bahasa Inggris (Kate) yang membantu memberikan semangat. Supervisor juga bisa menghargai tulisan saya yang acak kadul. Ingat saya ketika menulis seperti tulisan opini koran. Tapi beliau tetap membacanya dan memberikan apreasiasi dengan komentar yang serius untuk perbaikan ke depan.

Untuk berkaca, saya wawancara teman PhD tahun pertama dari Bahama, Mas Francis. Beliau orangnya sangat ramah sehingga mau share pengalamannya. Menurut dia menentukan topik , atau research question adalah hal yang paling berat di awal tahun pertama PhD. Berikut videonya :

Saya rasa ini benar, meskipun kita telah menentukan topik kita sebelum masuk PhD, kita harus membaca lagi dan memastikan kita telah berpikir terbuka atas segala ide, dan berakhir dengan membuat justfikasi untuk mengatakan “TIDAK” atau “YA” untuk setiap ide tersebut untuk kita. Karena tidak jarang mahasiswa PhD hanya bisa menerima satu ide dan tidak bisa membaca ide lain yang membuatnya gagal menurut saya.

MONKEY AND THE BANANA

 

By Azka

One day there was a monkey climbing a tree to get a banana but he falls of and made a loud nose. OUCH

Suddenly a tiger came to eat the monkey but the monkey got away so the tiger chases the monkey. AHHHH

Then a spider scared the tiger and the tiger ran away and the spider got a mouse. ROAR

The monkey got the banana but there was a nose saying help so he saw the spider want to eat the little mouse then the monkey got the mouse the felt proud and happy after all.

 

HOARAY

THE END.

All about us

by: Syafiq

Me I play games achily lots of games and eats lots of sweats and chewing gums and Haribo there is lots of sugar and I play on my computer all the time.

My baby he do lots of funny things and we all love my baby and we have 5 people and he like fighting and we laugh at him and my baby like watching YouTube and YouTube kids and he eats candy as well.

My brother likes candy and he likes Roblox and he likes play diep.io and me and my brother love playing with everyone except for me and that is sad but I give him candy then he plays with me and my whole family is a youtuber and that is good.

My mom she always work but she never work at school but she always cook delicious foods and she always the leader of our family and she always want to cook new foods.

My dad he always go to school like me and my brother except my mum and he has lots of money and share  people are poor and the poor people buy a house.

Oh and also so my baby birthday is in April and me is in  January and my brother is in September and my mum Is in  February and last one my dad is in  may and goodbye see you in the next story have a good day good bye.

The end.

They were bored again

Chapter 2

By: Syafiq

Once upon a time the children wake up and the door ring and they said who ring the bell then it take all time to find the key so they decided to tell dad to find the key then they get there mobile phone and they watch some youtuber called dantdm,ashdubh,ballistic squid and final one sinxbadx then dad found the key and it was.

GRAN!

And gran said hello everyone then she bring  some surprise then she got golf tennis and final one is foot ball then gran said lets make it like a club ok every one and every one said yes then they get in to equal and then they had turn each time and it was so fun then they finish they were so bored again so they watch for 10 hours!

Then mum said it is bedtime so they went to the bath room and do the right thing to do in the bath room. After that they read lots and lots and lots and lots of books then they write in there reading record and they cover up and get there teddy bears and they went to bed and they said zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz and that was silly and make Shure to subscribe to our channels called firdaus hafidz and wait for   chapter 3 and wait patiently good bye every one have a nice sweets dream and the had lots and lots and lots and lots and lot and lots of dreams and so many dreams so good night have a nice dream.

DSC01782.jpg

 

 

The Fire Engine

By: Syafiq

Once upon a time there were lots of children in the house the children saw lots of fire engine out side they thought they can imagine they were a fire engine and get money so they get the toy and the boy is the fire engine and save the girl in the house and the girl give him money and all the children was having a turn then they were tired so they brush their teeth and read a story and went to bed and they said zzz and zzz and zzz.

 

The end.

The Fun Fair

by: Syafiq

Chapter 1

Once upon a time the children were bored in home then they decide to go to the fun fair and the children said yes! Then they told mum and dad I guess what they both said yes of course you.

It took so long to get there so they tell my dad to put the internet on and said yes then they play their mobile games. They had such fun playing their mobile then they arrived at the fun fair it looks so much fun! Said the children.

The children wanted to go to the roller coaster and they went to the Ferris wheel then they went to the carousel then they were hungry but guess what.

They saw an ice cream van!!!!!!!

After that they went to the sandy beach and it was so so so so warm they saw lots of bird in the beach.

Then they went to the playground and they saw a big slide all the children were six years old and it said only six years old and if you are not six years old get a parent then they went there and they said weeeeeeee! They had such fun exploring the whole place. They can find the only place. They went home and went to sleep whhhhhhh.

 

Main pasir di sykes lane rutland water beach

Chapter 2 is coming soon.

Tell a bit of the story next: they are going to build a big castle.

Please wait patiently for chapter 2